Jelita Bayuliana Kharisma
Senin, 24 Februari 2014
Sabtu, 15 Februari 2014
Cerita Rakyat - DEWI PADI
Dewi Sri
Sang Dewi Padi
Pada suatu zaman, tersebutlah sebuah taman indah nan damai yaitu “Taman
Sorga Loka”. Ditempat tersebut berdiam seseorang yang bernama “Sunan Ibu” yang
sedang menunggu kehadiran “Dewi Sri Pohaci Long Kancana”. Dewi Sri melaporkan
bahwa di di suatu tempat di muka bumi yang bernama “Buana Panca Tengah” belum
terdapat “Cihaya” berupa sesuatu kebutuhan hidup umat manusia. Mendengar hal
tersebut, Sunan Ibu memerintahkan agar Dewi Sri berangkat ke Buana Panca
Tengah.
Dewi Sri tidaklah berkeberatan untuk berangkat ke Buana Panca Tengah
asalkan kepergiannya ditemani “Eyang Prabu Guruminda”. Permohonan Dewi Sri pun
dikabulkan oleh Sunan Ibu.Sebelum berangkat meninggalkan Sorga Loka, Eyang
Prabu Guruminda duduk bersemedi memohon petunjuk Hiang Dewanata. Setelah
selesai semedi dan memperoleh petunjuk, dengan kesaktiannya yang hanya dalam
waktu sekejap, wujud Dewi Sri berubah bentuk menjadi sebuah telur.
Setelah semua persiapannya selesai, maka berangkatlah Eyang Guruminda
mengiring Dewi Sri dengan tujuan Negara Buana Panca Tengah. Dewi Sri yang
berwujud sebagai telur, disimpan dalam sebuah kotak bernama “Cupu Gilang
Kencana”. Prabu Guruminda setelah beberapa lama terbang ke setiap penjuru
utara-selatan-barat-timur yang pada akhirnya pada suatu ketika Cupu Gilang
Kencana terbuka dan “telur” di dalamnya pun terjatuhlah.
Sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, telur tersebut jatuh di suatu
tempat yang mana tempat itu dihuni oleh “Dewa Anta”. Dewa Anta yang mengetahui
di tempat bersemayamnya ada telur, maka telur itu pun dipelihara nya. Setelah
beberapa waktu lamanya, telur tersebut menetas dan lahirlah seorang putri yang
sangat cantik yang tiada lain adalah Dewi Sri.
Dalam kedewasaannya dengan paras yang sangat cantik, maka tersiar berita ke
seluruh negri akan kecantikan dan sang putri, dan berdatanganlah raja-raja
kerajaan dengan maksud akan meminangnya sang putri untuk dijadikan permaisuri.
Dewi Sri memperoleh pinangan dari para raja, tetapi Dewi Sri tidak merasa
senang karena bila ia menerima pinangan berarti ia telah mengingkari tugas
dibebankan kepadanya. Kepada setiap raja pun telah dijelaskan bahwa maksud
kelahirannya itu bukan semata-mata untuk mencari bakal suami, namun untuk
melaksanakan tugas dari Sunan Ibu di Taman Sorga Loka yaitu untuk
menganugerahkan “CIHAYA” kepada negara gelar Buana Panca Tengah.
Namun, walaupun penjelasan telah disampaikan, pinangan terus-menerus
berdatangan dan oleh karenanya pada akhirnya Dewi Sri menderita tekanan bathin
dan jatuh sakit. Semakin lama, sakit yang di derita Dewi Sri semakin parah dan
tibalah suatu saat Sang Putri menyampaikan amanat terakhir “Bila tiba saat aku
meninggal dan bila kelak aku sudah disemayamkan, akan terdapat suatu
keanehan-keanehan pada pusaraku”. Dan akhirnya dengan kehendak yang Maha Kuasa,
Dewi Sri pun meninggal dunia.
Benarlah apa yang diamanatkan oleh Sang putri akhirnya menjadi kenyataan.
Dikisahkan pada suatu hari, ada kakek-nenek yang sedang mencari kayu bakar dan
sekedar mencari bahan makanan untuk bekal hidupnya berdua.
Suatu ketika kakek dan nenek mendapatkan sebuah pusara yang telah ditumbuhi
oleh tumbuh-tumbuhan yang belum pernah ditemui dan dilihatnya selama ini. Pada
bagian kepala tumbuh pohon kelapa, pada bagian tangan tumbuh pohon buah-buahan,
pada bagian kaki tumbuh pohon ubi, sedangkan pada bagian tubuhnya tumbuh pohon
aren (enau=gula) dan suatu tumbuhan yang sangat aneh dan belum pernah selama
ini kakek dan nenek menemukannya, dan baru kali ini melihatnya. Adalah
serangkai tumbuhan berdaunan bagus berbuah masih hijau berbulu bagus pula.
Maka muncul niat kakek-nenek untuk memelihara tumbuhan aneh tersebut dan
dibersihkannya pusara dan sekitar tumbuhan tersebut. Demikian dari hari ke hari
minggu ke minggu dengan penuh kesabaran dan ketekunan tumbuhan itu
dipeliharanya. Tak terasa waktu berjalan terus hingga menjelang bulan ke 5,
buah yang hijau tadi telah penuh berisi, sehingga buah yang setangkai itu
merunduk karena beratnya. Dengan penuh kesabaran dan keyakinan lagi pula ingin
mengetahui sampai di mana dan apa sebenarnya tumbuhan yang aneh itu. Setelah
beberapa lama menjelang bulan ke 6 ditengoknya kembali tumbuhan tersebut dan
ternyata butir-butir buah tadi berubah menjadi menguning dan sangat indah
nampaknya.
Setelah keduanya termenung maka timbullah niat untuk memetiknya. Sebelum
dipetik buah tadi dicicip terlebih dahulu dan ternyata isinya putih dan terasa
manis. Kakek dan nenek menyiapkan dupa beserta apinya untuk membakar kemenyan
untuk memohon izin kepada “Hiang Widi”. Selesai upacara membakar kemenyan,
ditebaslah tumbuhan yang dimaksud dan alangkah terkejutnya kakek dan nenek itu
karena pada tangkai yang dipotong tadi mengeluarkan cairan bening serta harum,
namun bagi kakek dan nenek tidaklah menjadi penyesalan karena disadarinya bahwa
kejadian ini sudah menjadi kehendak yang kuasa.
Namun timbul kemudian niatnya untuk menanamnya kembali, dan butir-butir
buah tadi ditanamnya kembali sekitar pusara Dewi Sri. Keajaibannya pun terjadi
kembali karena dengan seketika itu pula butir-butir tadi tumbuh dan sudah
berbuah kuning pula. Kakek dan nenek langsung menebasnya dan seketika itu
pulalah ditaburkannya butir-butir kuning itu demikian terus kejadian itu
terulang sehingga terkumpullah ikatan butir-butir buah kuning banyak sekali.
Atas kejadian ini kakek dan nenek menjadi bingung karenanya, memperoleh
hasil sangat berlimpah dalam waktu sekejap. Dari asal buah setangkai. Lagi pula
apa yang mereka miliki belum tahu apa dan buah apa gerangan terlebih namanya
pun belum ada.
Demikian, karena kakek dan nenek dalam kebingungan bahkan belum mendapat
keputusan untuk memberinya nama. Sehingga tiba-tiba nenek mengusulkan bahwa
berhubung kakek dan nenek selalu bingung tidak bisa ada keputusan dan sukar
untuk memilih, yang dalam bahasa Sunda disebut “paparelean”, maka disebutlah
buah itu dengan nama “Pare” (padi).
Demikian lah akhir cerita ini. Hingga sekarang di tatar Sunda yang dimaksud
sebagai Nagara Buana Panca Tengah, hingga kini tumbuhan serta buahnya yang
dimaksud disebut “PARE”, yang merupakan cita-cita Dewi Sri Pohaci Long Kancana
untuk kelengkapan hidup yang disebut “CIHAYA”. Karenanya orang-orang selalu
menyebut Dewi Padi adalah Dewi Sri.
Kamis, 13 Februari 2014
Adikku - Anak dari tanteku
Anak dari tanteku
Excel Dzaki Destigo and Me
Excel Dzaki Destigo - Yoslima and Me
Me:
Me:
Jelita Bayuliana Kharisma
Langganan:
Postingan (Atom)